Langsung ke konten utama

Hidup ini mudah, yang susah adalah bersyukur!

Ada rumus singkat dalam hidup agar kita selalu berada pada kondisi yang baik yaitu selalu melihat ke bawah. Maksudnya, melihat orang yang kondisinya berada di bawah kita. Tujuannya agar kita selalu bersyukur dengan apa yang ada.

Hidup ini sebenarnya sederhana dan mudah. Yang ribet itu melihat kenikmatan orang lain dan menjadikannya standar sukses hidup kita. Ini yang berat.

Pejalan kaki bilang, enak ya punya motor bisa sampai tujuan dengan cepat; Yang punya motor bilang, enak ya punya mobil kemana-mana tidak kepanasan; Yang punya mobil bilang, enak ya punya pesawat pribadi bla bla bla. 

Kita lupa bahwa mereka yang lumpuh, tidak bisa berjalan sangat menginginkan kondisi dapat berjalan dan berlari santai layaknya orang pertama tadi. Ini yang sering kita lupakan sehingga juga lupa bersyukur.

Mereka yang baru mulai masuk dunia kerja berkata, enak ya jadi manager suruh sana suruh sini; Manager berkata, enak ya jadi bos/ owner sisa nunggu profit; Owner berkata, enak ya punya banyak cabang dan seterusnya.

Kita kadang lupa para pengangguran merindukan apa yang kita sedang ocehkan, keluhkan dan mungkin tidak syukuri. 

Akibatnya, setiap hari kita berburu dan berburu tapi setiap kali mendapatkan yang diburu kenikmatannya sesaat saja. Itu karena berkahnya telah hilang. Padahal sejak awal yang kita inginkan sebenarnya bukan ini dan itu tapi kebahagiaan! []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan dala

Kompetisi Telah Usai, Ayo Balik ke Barak!

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai dilaksanakan. Kita sisa menunggu hasil keputusan resmi dari penyelenggara pemilu (KPU). Apapun hasilnya semoga itu yang terbaik. Sedikitnya dua tiga bulan lamanya kita mengikuti dinamika politik tanah air ini. Mulai dari menjagokan kandidat tertentu hingga sesekali ikut membicarakan kekurangan kandidat lainnya. Tidak ada yang salah di situ. Semuanya adalah bagian dari proses kita berdemokrasi. Atau ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Hari ini kita sudah bisa menebak siapa pemenang dari kompetisi pemilu kali ini. Mungkin dukungan kita menang, mungkin juga kalah. Kalau menang tidak perlu membusungkan dada, demikian juga kalau kalah tidak perlu seolah dunia ini runtuh dan akan hancur. Mudah-mudahan bangsa kita selalu dijaga oleh Allah swt. Hanya saja kalau saya boleh berbagi pandangan dan nasihat, saya ingin mengatakan tugas kita sebenarnya bukanlah menjadi pemilih dan pendukung semata. Tugas utama kita justru adalah menjadi pengawas bagi

Agar Bahagia Ber-KAMMI!

Persis tadi malam saya ngobrol dengan salah seorang kader KAMMI yang masih aktif. Soal kiprahnya saya tidak perlu ragukan. Paling tidak itu ditunjukkan dari keaktifan dan kontribusi positifnya selama ini. "Bagaimana pekerjaan di kantor," tanyaku kepada kader itu. Kader ini baru saja diterima bekerja. Memang masih fresh graduate. Masih seger. "Kata direkturnya: Alhamdulillah selama adek masuk bekerja di kantor ini kami merasa sangat terbantu. Hanya saja mungkin untuk bulan selanjutnya kami sudah tidak bisa memberikan insentif," jawab kader itu kepadaku. Kader itu menceritakan tentang dinamika kerjanya di kantor yang baru saja ia bekerja di sana. Ia menceritakan pesan-pesan direkturnya yang juga seorang mantan aktivis mahasiswa seperti dirinya. "Dunia kerja ini beda dengan dunia organisasi dek. Beda sekali. Dalam dunia kerja yang paling dibutuhkan adalah kemampuan adaptasi dan kemampuan belajar dengan cepat," kata direktur kader itu. "Banyak