Langsung ke konten utama

Sebuah Catatan untuk Hari Tani Nasional 2022

Hari tani tentu bukan semata semarak media sosial untuk memperlihatkan siapa yang lebih loyal kepada mereka yang kurang beruntung dalam hal materil (petani). Apalagi mencari simpati karena pemilu sudah semakin mendekati.

Tapi, paling tidak inilah kebanggaan kita memiliki mereka. Merayakannya dengan segenap apa yang kita punya dan kita mampu. Di tengah arus urbanisasi yang semakin kuat mendorong semua orang ke kota, masih ada segelintir orang yang mau bertahan di desa untuk bertani. Untuk menjaga perut ibu pertiwi.

Kedepan diperkirakan sekitar 70% penduduk Indonesia migrasi ke kota. Artinya, sumber daya manusia akan bertumpuk di kota dan desa-desa ditinggalkan.

Padahal ada fakta lain yang tidak kalah mencengangkan yaitu kondisi dunia akan dilanda krisis pangan. Sebagian negara sudah mulai menahan pangannya untuk tidak diekspor karena menjaga cadangan. Bahkan di sebagian negara telah merasakan krisis pangan ini.

Pertanyaannya jika semua orang migrasi ke kota siapa yang akan tinggal di desa untuk bertani? Siapa yang akan menjaga pangan Indonesia? Siapa yang akan memberi makan orang-orang yang pindah ke kota itu?

Oleh karena itu, melalui momentum hari tani nasional ini kita ingin sampaikan kepada dunia bahwa bertani itu keren, bertani itu elit, bertani itu menjanjikan masa depan.

Tujuannya agar anak-anak muda tidak malu lagi menjadi petani. Agar sarjana pertanian kita percaya diri pulang kampung membina petani bercocok tanam yang baik dan benar. Bertani yang unggul. Yang menyejahterakan.

Sudah saatnya kita umumkan bertani itu bukan kehinaan tapi kemuliaan, bukan primitif tapi kontributif. Bukan kolot tapi berbobot. Bukan kampungan tapi jempolan.

Mudah-mudahan lagi kecil ini, menanamkan mindset yang benar tentang bertani kepada masyarakat luas khususnya kepada diri sendiri mampu menyelamatkan kita semua dari bencana pangan. Karena anak muda tidak ragu dan tidak gengsi lagi pulang kampung untuk bertani.

Bertani itu keren.
Saya bangga menjadi anak petani.
Selamat hari tani untuk semua petani Indonesia.

Petani berdaya, Indonesia Jaya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan dala

Kompetisi Telah Usai, Ayo Balik ke Barak!

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai dilaksanakan. Kita sisa menunggu hasil keputusan resmi dari penyelenggara pemilu (KPU). Apapun hasilnya semoga itu yang terbaik. Sedikitnya dua tiga bulan lamanya kita mengikuti dinamika politik tanah air ini. Mulai dari menjagokan kandidat tertentu hingga sesekali ikut membicarakan kekurangan kandidat lainnya. Tidak ada yang salah di situ. Semuanya adalah bagian dari proses kita berdemokrasi. Atau ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Hari ini kita sudah bisa menebak siapa pemenang dari kompetisi pemilu kali ini. Mungkin dukungan kita menang, mungkin juga kalah. Kalau menang tidak perlu membusungkan dada, demikian juga kalau kalah tidak perlu seolah dunia ini runtuh dan akan hancur. Mudah-mudahan bangsa kita selalu dijaga oleh Allah swt. Hanya saja kalau saya boleh berbagi pandangan dan nasihat, saya ingin mengatakan tugas kita sebenarnya bukanlah menjadi pemilih dan pendukung semata. Tugas utama kita justru adalah menjadi pengawas bagi

Agar Bahagia Ber-KAMMI!

Persis tadi malam saya ngobrol dengan salah seorang kader KAMMI yang masih aktif. Soal kiprahnya saya tidak perlu ragukan. Paling tidak itu ditunjukkan dari keaktifan dan kontribusi positifnya selama ini. "Bagaimana pekerjaan di kantor," tanyaku kepada kader itu. Kader ini baru saja diterima bekerja. Memang masih fresh graduate. Masih seger. "Kata direkturnya: Alhamdulillah selama adek masuk bekerja di kantor ini kami merasa sangat terbantu. Hanya saja mungkin untuk bulan selanjutnya kami sudah tidak bisa memberikan insentif," jawab kader itu kepadaku. Kader itu menceritakan tentang dinamika kerjanya di kantor yang baru saja ia bekerja di sana. Ia menceritakan pesan-pesan direkturnya yang juga seorang mantan aktivis mahasiswa seperti dirinya. "Dunia kerja ini beda dengan dunia organisasi dek. Beda sekali. Dalam dunia kerja yang paling dibutuhkan adalah kemampuan adaptasi dan kemampuan belajar dengan cepat," kata direktur kader itu. "Banyak