Langsung ke konten utama

Agar Bahagia Ber-KAMMI!


Persis tadi malam saya ngobrol dengan salah seorang kader KAMMI yang masih aktif. Soal kiprahnya saya tidak perlu ragukan. Paling tidak itu ditunjukkan dari keaktifan dan kontribusi positifnya selama ini.

"Bagaimana pekerjaan di kantor," tanyaku kepada kader itu.

Kader ini baru saja diterima bekerja. Memang masih fresh graduate. Masih seger.

"Kata direkturnya: Alhamdulillah selama adek masuk bekerja di kantor ini kami merasa sangat terbantu. Hanya saja mungkin untuk bulan selanjutnya kami sudah tidak bisa memberikan insentif," jawab kader itu kepadaku.

Kader itu menceritakan tentang dinamika kerjanya di kantor yang baru saja ia bekerja di sana. Ia menceritakan pesan-pesan direkturnya yang juga seorang mantan aktivis mahasiswa seperti dirinya.

"Dunia kerja ini beda dengan dunia organisasi dek. Beda sekali. Dalam dunia kerja yang paling dibutuhkan adalah kemampuan adaptasi dan kemampuan belajar dengan cepat," kata direktur kader itu.

"Banyak mahasiswa sekarang yang sibuk organisasi urus seminar, pengaderan, aksi dll tapi tidak paham nilai apa yang diinginkan dari aktivitasnya. Akhirnya setelah lulus kuliah nganggur juga ujungnya. Karena apa? Karena tidak punya nilai," lanjutnya.

Banyak hal yang akhirnya kader itu ceritakan pada saya tentang pesan direkturnya kepadanya. Saya bisa sedikit memahami pesan-pesan itu dengan baik sebagai orang yang lebih dulu masuk dalam dunia kerja. Walau belum lama.

Singkatnya saya berkesimpulan dari obrolan singkat dengan kader itu. Jika kita ber-KAMMI hanya sekadar itu meramaikan kegiatan. Aktif ber-KAMMI hanya menambah teman. Nimbrung kegiatan hanya mengisi waktu luang. Tanpa belajar hal-hal yang lebih esensial maka bisa dipastikan kita tidak akan bahagia ber-KAMMI. KAMMI tidak akan membawa kebaikan yang banyak untuk kita. Percayalah.

Untuk itu, tulisan ini saya buat. Khususnya kepada generasi baru KAMMI. Generasi yang "hidup matinya" KAMMI dipertaruhkan saat ini.

Tulisan ini saya beri judul, Agar Bahagia ber-KAMMI. Fokus tulisan ini bukan agar teman-teman tidak kesulitan lagi dalam berkegiatan. Itu bab lain saya pikir. Tapi fokus tulisannya mau mengajak kita semua melihat kedepan. Pasca KAMMI. Dan pasca kampus. Agar kita bahagia karena pernah ber-KAMMI.

Sebelumnya saya cerita, saya bergabung di KAMMI akhir tahun 2016. Per tahun ini kurang lebih saya sudah ber-KAMMI 8 tahun lamanya. Waktu yang tidak singkat untuk sebuah proses. Walaupun juga itu bukan waktu yang lama untuk memahami dengan utuh dan sempurna apa itu KAMMI.

Dunia kerja yang saya sentuh tahun-tahun terakhir belakangan ini baik yang sifatnya formal maupun informal menyadarkan saya betapa berharganya pernah berproses di lembaga mahasiswa seperti KAMMI.

Pelajaran-pelajaran itulah yang ingin saya bagi kepada antum generasi baru KAMMI.

Pertama, memahami gambar besar. Dulu di KAMMI saya belajar apa itu KAMMI? Apa visi misinya? Apa tujuan hadirnya bagi bangsa dan agama? Bagaimana langkah-langkah perjuangannya menjadikan Indonesia lebih baik? Apa masalah yang sedang dihadapi umat dan bangsa? Dst. Pertanyaan-pertanyaan besar itulah yang membentuk cara saya melihat gambar besar dari suatu masalah.

Dari cerita saya dengan kader yang saya sampaikan di awal tadi, saya memahami bahwa melihat gambar besar itu memang penting.

Kader itu ketika ditanya oleh direkturnya, "bagaimana selanjutnya dek," tanya sang direktur mengonfirmasi kepastian apakah masa magang sang kader berlanjut atau sudah cukup.

"Dari kita saja pak," kata kader itu.

Jawaban singkat sang kader mengonfirmasi seketika sang direktur bahwa diri sang kader belum mampu melihat gambar besar dari perusahaan tempatnya bekerja.

Mungkin akan beda ceritanya jika sang kader memberikan keterangan lain. Misalnya, "Alhamdulillah selama menjalani masa magang di tempat bapak saya belajar banyak hal. Walaupun saya merasa belum maksimal memberikan kontribusi tapi saya punya kemauan kuat untuk membantu perusahaan ini semakin maju. Kalau masih diberi kesempatan saya akan coba berkontribusi di bidang bla bla bla karena punya kompetensi di sana."

Inilah yang saya maksud, kemampuan membaca gambar besar. Kita sebagai individu itu punya hubungan sedikit banyak dengan individu lain hingga kelompok. Begitu pun juga ketika nanti masuk dunia kerja. Sebagai pegawai, karyawan atau apapun namanya kita punya saham untuk memajukan instansi kita. Dan semua bisa dilakukan, sekali lagi kalau kita mampu membaca gambar besar. Karena hanya dengan membaca gambar besarnya kita akan tahu apa problem yang sedang terjadi, apa peluang yang akan datang, serta kontribusi apa yang bisa kita beri.

Kedua, milikilah value (nilai) diri. Dunia pasca kampus hampir boleh dikatakan tidak membutuhkan nilai ijazah, sertifikat dan sejenisnya. Yang dibutuhkan adalah value diri. Simpati, critical thinking, problem solving, komunikasi, solidarity making, daya juang, kemampuan adaptasi dan belajar cepat. Itu yang dibutuhkan dalam dunia pasca kampus.

Bahagialah kita ber-KAMMI jika yang kita tumbuhkan dalam ritme-ritme gerakan adalah nilai-nilai tersebut. Bahagialah kita ber-KAMMI jika nilai-nilai itu yang selalu kita pupuk.

Manusia-manusia sekarang banyak khawatir tentang masa depannya (soal pekerjaan) digantikan dengan robot. Karena yang mereka lakukan selama ini bisa jadi memang tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah bisa lakukan secara otomatis oleh robot.

Maka, agar kita bahagia ber-KAMMI milikilah value diri. Itu yang tidak akan tergantikan oleh apapun. 

Ini 2 pesan singkat saya kepada kita semua yang hari ini berbahagia mengenang hal-hal indah di hari lahirnya gerakan pembaharuan mahasiswa muslim Indonesia: KAMMI, khususnya generasi barunya. 


Selamat milad kesatuanku! 

Selamat berbahagia kadernya!

Mari bersama merawat Indonesia!

Jangan lupa bahagia!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan dala

Kompetisi Telah Usai, Ayo Balik ke Barak!

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai dilaksanakan. Kita sisa menunggu hasil keputusan resmi dari penyelenggara pemilu (KPU). Apapun hasilnya semoga itu yang terbaik. Sedikitnya dua tiga bulan lamanya kita mengikuti dinamika politik tanah air ini. Mulai dari menjagokan kandidat tertentu hingga sesekali ikut membicarakan kekurangan kandidat lainnya. Tidak ada yang salah di situ. Semuanya adalah bagian dari proses kita berdemokrasi. Atau ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Hari ini kita sudah bisa menebak siapa pemenang dari kompetisi pemilu kali ini. Mungkin dukungan kita menang, mungkin juga kalah. Kalau menang tidak perlu membusungkan dada, demikian juga kalau kalah tidak perlu seolah dunia ini runtuh dan akan hancur. Mudah-mudahan bangsa kita selalu dijaga oleh Allah swt. Hanya saja kalau saya boleh berbagi pandangan dan nasihat, saya ingin mengatakan tugas kita sebenarnya bukanlah menjadi pemilih dan pendukung semata. Tugas utama kita justru adalah menjadi pengawas bagi