Langsung ke konten utama

Kisah Pembisik Raja yang Menginspirasi

Pagi ini secara tidak sengaja saya membaca kisah dua kelompok (elit) yang mengitari pemimpinnya. Kisah antara kelompok elit Nabi Sulaiman dan kelompok elit Ratu Balqis. Kisah ini ada dalam surah An-Naml.

Di sana diceritakan, mula-mula Sulaiman mengirimkan surat kepada Ratu Balqis untuk memeluk ajaran "Islam" setelah mendapat kabar dari "intelijennya" bahwa ia menyembah matahari. Balqis yang mendapat surat tersebut seketika mengumpulkan elitnya untuk meminta pandangan mereka mengenai isi surat tersebut. 

Apa respon elit Balqis? Kita ini kaum yang punya kekuatan dan keberanian (dalam bertempur), keputusan berada di tanganmu, kata mereka.

Tapi Balqis justru punya pandangan berbeda dengan elitnya, ia paham bahwa Raja-raja itu kalau memasuki (menaklukkan) suatu wilayah akan membinasakan dan membuat penduduknya yang semula mulia menjadi hina. Dan itu yang diprediksi Balqis akan terjadi jika Sulaiman dan bala tentaranya memasuki wilayah mereka. Maka Balqis pun memutuskan mencoba mengirimkan utusannya untuk membawakan hadiah kepada Sulaiman agar ia mengetahui apa respon sang Raja.

"Apakah kalian hendak memberikan harta kepadaku, padahal kekayaan yang diberikan Allah kepadaku jauh lebih banyak dari yang kalian ingin tawarkan?" kata Sulaiman menyambut utusan Ratu Balqis yang datang kepadanya.

"Pulanglah! Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan pasukan yang mustahil mereka dapat melawannya. Dan kami akan mengeluarkan mereka dari negerinya dan menjadikannya hina," tegas Sulaiman memberi pesan kepada sang utusan.

Sesaat setelah menerima utusan Ratu Balqis Sulaiman pun mengumpulkan elitnya dan bertanya siapakah di antara mereka yang mampu mendapatkan singgasana Ratu Balqis di hadapannya. Perhatikan respon elitnya. Jin Ifrit mengaku mampu memindahkannya sebelum Sulaiman berdiri dari tempat duduknya. Dan akhirnya, singgasana itu didatangkan oleh seorang yang memiliki ilmu pengetahuan dengan sekejab mata setelah penawaran Jin Ifrit ditolak oleh Sulaiman.

Balqis dan pasukannya mendatangi kerajaan Sulaiman. Sulaiman bertanya kepadanya, seperti inikah singgasanamu? Sepertinya iya, kata Balqis. Kami telah diberikan pengetahuan sebelumnya dan kami orang-orang yang berserah diri (kepada Allah), Sulaiman menimpali. 

Dengan itulah Balqis menerima seruan Sulaiman untuk berserah diri kepada Allah setelah sebelumnya juga diperlihatkan hasil pengetahuan elit Sulaiman membuat kolam tembus pandang di dalam Istana.

Tapi poinnya yang ingin saya garis bawahi (maaf pengantarnya kepanjangan) adalah respon dua kelompok elit yang berada di sekitar pemimpin.

Pertama, elit Balqis yang relatif lebih mengandalkan kekuatan dan ototnya hanya punya opsi "main kayu" untuk menghadapi persoalan. Sehingga persoalan serius yang mereka hadapi tidak terbaca dengan baik. Justru yang Balqislah yang membacanya. Hingga bisa saja jika Balqis mengikuti pikiran elitnya mereka akan benar-benar dihinakan.

Kedua, berbeda dengan elit Sulaiman yang mendekati persoalan dengan ilmu pengetahuan. Peta kekuatan musuh ataupun unsur-unsur masalah dapat mereka urai dengan baik sehingga musuh takluk tanpa harus berperang. Bahkan Sulaiman dapat bonus seorang Ratu (ini bahasan berbeda ya, heheh).

Hikmahnya:

1. Tiap-tiap entitas apapun namanya selalu punya segelintir elit yang mengitari pemimpinnya. Merekalah penentu maju mundurnya entitas tersebut (walaupun dalam konteks yang lain pemimpin juga punya peran yang sentral). Elit tersebut harus berdaya agar mampu memberi peta jalan yang terang kepada pemimpinnya. Jadilah pembisik yang baik. Itu intinya.

2. Setiap masalah hendaknya didekati dengan pengetahuan. Saat kita mendekati masalah dengan selainnya hanya ada dua kemungkinan. Kemungkinan terkecil proses penanganan masalahnya menjadi tidak efektif dan akan berimbas kepada stabilitas. Dan kemungkinan terburuknya kita akan tumbang karena justru salah memilih langkah. Salah menentukan strategi. Salah membaca arah angin.

3. Ilmu pengetahuan adalah alat kontrol. Alat pemberdaya. Dan syarat kemenangan.

Wallahu a'lam bisshawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Islam, Pemuda dan Perubahan Sosial

NARASI.ORG – Dalam kehidupan, menuju ke arah yang lebih baik adalah suatu keniscayaan tiap individu. Islam dan pemudanya tentu tak lepas dari peran mengantarkan diri dan lingkungannya ke arah tersebut. Berbicara tentang perubahan sosial ada syarat dan prasyarat yang harus terpenuhi untuk mencapai apa kemudian kita sebut sebagai kemenangan. Kemenangan itu ada syarat-syaratnya dan kekakalahan itu ada sebab-sebabnya. Untuk itu, sebelum kita melangkah pada proses menjalani kemenangan, sebaiknya kita mengetahui syarat-syarat yang harus kita penuhi. Nah, syarat apa saja yang perlu ada untuk sebuah kemenangan, karena kita semua menginginkannya apapun bentuknya, simak beberapa syarat berikut: 1. Panduan Yang Jelas Berbicara kemenangan, kita tak akan lepas dari yang namanya panduan. Ibarat kesuksesan kita butuh panduan sukses sebelum kesuksesan itu datang. Panduan yang dimaksud di sini adalah Islam sebagai agama sekaligus panduan dalam segala hal. Kenapa Islam? Karena ...

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan ...

Anak Muda Palsu?

Opini ini saya tuliskan dalam laman media sosial pribadi ketika selesai menonton film "Anak Muda Palsu" yang diperankan oleh influencer anak muda Kota Makassar Tuming-Abu. Selamat membaca! Industri perfilman adalah salah satu yang perkembangannya sangat pesat, khususnya di era industri 4.0 sekarang ini. Di samping itu, ketika kita bicara soal kebangkitan bangsa tak pernah lepas dari motivasi yang diproduksi oleh bangsa itu sendiri. Banyak hal yang dapat membangkitkan semangat kontribusi tersebut, salah satunya lewat film.  Melalui film, kita dapat menyampaikan pesan persuasif bahwa kita menginginkan kebangkitan. Lihat, anak kecil saat ini lebih mengenal artis dan atau tokoh fiksi seperti Spiderman, Ironman, dll.  Tidak sedikit di antara mereka ketika ditanyai tentang cita-cita mau menjadi seperti tokoh fiksi tersebut. Mau jadi Spiderman. Mau jadi Ironman. Kenapa? Karena tokoh fiksi itu berhasil menawarkan sesuatu. Sekarang, bagaimana jika hal tersebut mampu kita ...