Langsung ke konten utama

Setitik Asa untuk Rumah Peradaban

Generasi elit pendobrak zaman dan segenap karya gemilang lahir dari "rumah".

Generasi elit (awal) Islam lahir dari Rumah sahabat bernama Arqam bin Abil Arqam. Rasulullah menjadikan rumah tersebut sebagai pusat dakwah dan tarbiyah.

Dari rumah (darul) tersebut lahirlah pemuda-pemuda pembela dakwah Rasulullah yang menegakkan nilai dan syiar Islam tanpa gentar.

Dari rumah itulah mereka merancang strategi dan siasat dakwah menghadapi kafir Quraisy hingga akhir fase sirriyah setelah Umar bin Khattab masuk Islam.

Demikian juga dalam konteks Indonesia, tokoh besar revolusi Soekarno lahir dari rumah, Rumah Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. Bersama Soekarno juga lahir tokoh lainnya seperti Semaun dan Kartosuwirjo dari rumah itu.

Tidak salah jika Tjokroaminoto digelari Guru Bangsa sebab dari rumahnya dan didikannya lahir pemikir besar bangsa Indonesia. Soekarno dengan Nasakom-nya, Semaun dengan Komunisme-nya dan Kartosuwirjo dengan Islam-nya.

Hari ini kita resmikan Sekretariat KAMMI dengan nama "Rumah Peradaban". Ini adalah nama yang kita pilih secara sadar bahwa dari rumah itulah kita harapkan lahir generasi-generasi elit pemimpin peradaban.

Berkaca pada dua contoh sebelumnya, rumah Arqam bin Abil Arqam melahirkan elit Islam dan rumah Hos Tjokroaminoto melahirkan tokoh bangsa, saya menaruh harapan Rumah Peradaban KAMMI melahirkan generasi elit masa depan.

Nama besar yang kita lekatkan pada sekretariat itu jangan sampai runtuh karena ketidakberadaban kita di dalamnya.

Hiasilah rumah itu dengan tilawah Alquran, zikir, diskusi-diskusi yang bermanfaat sebagaimana kredo gerakan kita.

Banyak-banyaklah mendaras ilmu di sana. Bedah buku. Diskusi isu. Undang guru atau ustadz ke sana. Mintalah nasihat.

Dari rumah peradaban itu kita titipkan asa untuk gerakan ini, agama ini dan bangsa Indonesia, yang lebih baik.

Ayo bertumbuh bareng KAMMI!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan dala

Kompetisi Telah Usai, Ayo Balik ke Barak!

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai dilaksanakan. Kita sisa menunggu hasil keputusan resmi dari penyelenggara pemilu (KPU). Apapun hasilnya semoga itu yang terbaik. Sedikitnya dua tiga bulan lamanya kita mengikuti dinamika politik tanah air ini. Mulai dari menjagokan kandidat tertentu hingga sesekali ikut membicarakan kekurangan kandidat lainnya. Tidak ada yang salah di situ. Semuanya adalah bagian dari proses kita berdemokrasi. Atau ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Hari ini kita sudah bisa menebak siapa pemenang dari kompetisi pemilu kali ini. Mungkin dukungan kita menang, mungkin juga kalah. Kalau menang tidak perlu membusungkan dada, demikian juga kalau kalah tidak perlu seolah dunia ini runtuh dan akan hancur. Mudah-mudahan bangsa kita selalu dijaga oleh Allah swt. Hanya saja kalau saya boleh berbagi pandangan dan nasihat, saya ingin mengatakan tugas kita sebenarnya bukanlah menjadi pemilih dan pendukung semata. Tugas utama kita justru adalah menjadi pengawas bagi

Agar Bahagia Ber-KAMMI!

Persis tadi malam saya ngobrol dengan salah seorang kader KAMMI yang masih aktif. Soal kiprahnya saya tidak perlu ragukan. Paling tidak itu ditunjukkan dari keaktifan dan kontribusi positifnya selama ini. "Bagaimana pekerjaan di kantor," tanyaku kepada kader itu. Kader ini baru saja diterima bekerja. Memang masih fresh graduate. Masih seger. "Kata direkturnya: Alhamdulillah selama adek masuk bekerja di kantor ini kami merasa sangat terbantu. Hanya saja mungkin untuk bulan selanjutnya kami sudah tidak bisa memberikan insentif," jawab kader itu kepadaku. Kader itu menceritakan tentang dinamika kerjanya di kantor yang baru saja ia bekerja di sana. Ia menceritakan pesan-pesan direkturnya yang juga seorang mantan aktivis mahasiswa seperti dirinya. "Dunia kerja ini beda dengan dunia organisasi dek. Beda sekali. Dalam dunia kerja yang paling dibutuhkan adalah kemampuan adaptasi dan kemampuan belajar dengan cepat," kata direktur kader itu. "Banyak