Ketika kita terdera tragedi, kemiskinan, kelaparan, dan penindasan, kita selalu menyoal dua hal : konspirasi musuh dan lemahnya solidaritas atau persatuan kita. Kaki tangan musuh seakan merambah setiap masalah yang menimpa kita. Dan kita seolah tak sanggup membendung itu karena persatuan kita lemah. Dalam momentum 1 Juni ini, mari sejenak kita menyoal persatuan kita dari sisi lain. Tentu banyak faktor yang dapat mempersatukan kita: keyakinan, sejarah, bangsa dan bahasa. Tapi semua faktor ini tidak berfungsi efektif menyatukan kita. Sementara itu, ada banyak faktor yang mengoyak persatuan kita. Misalnya, kebodohan, fanatik kelompok, ambisi, dan konspirasi dari pihak luar. Mungkin itu yang sering kita dengar setiap kali menyoroti soal persatuan. Tapi di sisi lain, sebenarnya yang mempersatukan kita adalah "suasana jiwa" yang sama. Mungkin ini kelihatannya remeh temeh tapi, demikianlah bahwa persatuan itu adalah refleksi dari suasana jiwa kita. Ia bukan sekadar soal