Langsung ke konten utama

Aldi Taher Potret Wajah Politisi Tanah Air

Pendaftaran Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) resmi telah dilangsungkan sejak 1 Mei 2023 kemarin dan ditutup pada tanggal 14 Mei 2023. Wajah Bacaleg pun di sana-sini bermunculan dengan ragam bentuk. Ada yang menyosialisasikan dirinya lewat metode lama seperti spanduk, baliho dan sejenisnya. Juga ada yang tampil dengan metode lebih kekinian yaitu lewat media sosial.

Bacaleg yang muncul pun berasal dari beragam latar belakang pendidikan, profesi, budaya dan agama. Yang menarik, belakangan pentas politik nasional kita dipenuhi wajah-wajah selebriti kawakan yang saban hari menghibur masyarakat lewat program TV yang dibawakannya.

Denny Cagur, Opie Kumis, Ramzi, Najri dan sederet nama lainnya adalah nama-nama Bacaleg yang diketahui telah didaftarkan lewat partai yang dipilihnya ke KPU untuk ikut serta berkontestasi di Pemilu 2024 mendatang.

Ini tentu tidak begitu mengagetkan buat sebagian orang. Pasalnya selebriti yang terkenal sudah barang pasti punya popularitas yang tinggi dan akan lebih mudah terpilih. Dan pemilu-pemilu sebelumnya pun terjadi.

Yang menarik perhatian publik belakangan ini adalah seorang selebriti bernama Aldi Taher yang mendaftarkan dirinya lewat dua partai politik. Aldi Taher tercatat dicalonkan lewat Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo). 

Ini bukan kali pertama selebriti Aldi Taher membuat geger warganet dengan tingkah anehnya. Dan tulisan ini pun tidak (akan) sedang mengulas kelayakan sosok Aldi Taher menjadi anggota legislatif.

Politik Dua Wajah

Menurut saya justru Aldi Taher menunjukkan wajah asli kebanyakan politisi tanah air kita saat ini yaitu bermuka dua.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar politisi tanah air selain menjadi anggota legislatif juga bermain bisnis dengan kekuasaan. Begitu pun juga dengan pemerintah eksekutif yang juga memegang jabatan penting di korporasi-korporasi besar.

Aktivitas politik kita akhirnya berubah menjadi salah satu cabang investasi kekayaan. Politik yang pada mulanya dimaksudkan untuk membagi kesejahteraan kepada seluruh rakyat berubah menjadi membagi kesejahteraan kepada kelompok atau bahkan keluarga. Rakyat tetap kebagian tapi kebagian sisa.

Politisi yang seharusnya fokus mengadvokasi kesejahteraan masyarakat justru berbalik mencuri uang rakyat menggunakan 'cara-cara cerdas' dengan menggunakan dua muka: muka politisi dan bisnis.

Aldi Taher Solusi Bangsa

Untuk mengakhiri penyakit kronis ini tidak ada jalan lain kecuali meminta kedisiplinan dan kesadaran para pemangku kekuasaan baik eksekutif maupun legislatif untuk fokus pada tugas pokoknya.

Politisi cukuplah dengan mengawal kebijakan pemerintah. Tidak perlu main mata dengan pemerintah untuk menjalankan proyek tertentu. Pemerintah pun demikian, cukup fokus mendistribusikan kesejahteraan kepada masyarakat seluas-luasnya. Tidak perlu ikut menjadi vendor proyek yang mereka buat sendiri.

Aldi Taher dengan 'kepolosannya' menjadi potret, cukuplah politisi bermain politik bermuka dua. Rakyat sudah muak. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan dala

Kompetisi Telah Usai, Ayo Balik ke Barak!

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai dilaksanakan. Kita sisa menunggu hasil keputusan resmi dari penyelenggara pemilu (KPU). Apapun hasilnya semoga itu yang terbaik. Sedikitnya dua tiga bulan lamanya kita mengikuti dinamika politik tanah air ini. Mulai dari menjagokan kandidat tertentu hingga sesekali ikut membicarakan kekurangan kandidat lainnya. Tidak ada yang salah di situ. Semuanya adalah bagian dari proses kita berdemokrasi. Atau ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Hari ini kita sudah bisa menebak siapa pemenang dari kompetisi pemilu kali ini. Mungkin dukungan kita menang, mungkin juga kalah. Kalau menang tidak perlu membusungkan dada, demikian juga kalau kalah tidak perlu seolah dunia ini runtuh dan akan hancur. Mudah-mudahan bangsa kita selalu dijaga oleh Allah swt. Hanya saja kalau saya boleh berbagi pandangan dan nasihat, saya ingin mengatakan tugas kita sebenarnya bukanlah menjadi pemilih dan pendukung semata. Tugas utama kita justru adalah menjadi pengawas bagi

Agar Bahagia Ber-KAMMI!

Persis tadi malam saya ngobrol dengan salah seorang kader KAMMI yang masih aktif. Soal kiprahnya saya tidak perlu ragukan. Paling tidak itu ditunjukkan dari keaktifan dan kontribusi positifnya selama ini. "Bagaimana pekerjaan di kantor," tanyaku kepada kader itu. Kader ini baru saja diterima bekerja. Memang masih fresh graduate. Masih seger. "Kata direkturnya: Alhamdulillah selama adek masuk bekerja di kantor ini kami merasa sangat terbantu. Hanya saja mungkin untuk bulan selanjutnya kami sudah tidak bisa memberikan insentif," jawab kader itu kepadaku. Kader itu menceritakan tentang dinamika kerjanya di kantor yang baru saja ia bekerja di sana. Ia menceritakan pesan-pesan direkturnya yang juga seorang mantan aktivis mahasiswa seperti dirinya. "Dunia kerja ini beda dengan dunia organisasi dek. Beda sekali. Dalam dunia kerja yang paling dibutuhkan adalah kemampuan adaptasi dan kemampuan belajar dengan cepat," kata direktur kader itu. "Banyak