Langsung ke konten utama

Mengobati Kebingungan! (3 Alasan Kenapa Harus DM2 - Part 2)

Alasan pertama sudah saya sampaikan di tulisan yang lalu. Ini alasan yang kedua.

Obat atas "penyakit kebingungan" tidak lain adalah ilmu. Ilmu itu memberikan arah dan kejelasan tujuan sehingga yang kita sebut "penyakit kebingungan" itu terobati dengan sendirinya setelah ilmu dimiliki.

Dalam literatur klasik Islam, dunia ini salah satunya digambarkan sebagai tempat persinggahan. Tempat kita mencari dan mengumpulkan bekal sebanyak dan sebaik mungkin. Manusia yang tidak paham tujuan dan arah hidupnya dapat dipastikan kebingungan menjalani hidup karena untuk memilih pekerjaan apa yang seharusnya dilakukan pun mereka tidak tahu. 

Berbeda dengan manusia yang punya tujuan dan arah hidup, mereka dapat menentukan dengan mudah skala prioritas berdasarkan kebutuhannya. Karena satu hal, mereka punya ilmu. Mereka tahu arah yang hendak ia ditempuh.

Organisasi (KAMMI) sebagai kendaraan beramal shalih dunia akhirat juga demikian. Kader yang memahami tujuan dan arah perjuangan organisasinya sangat berbeda dengan kader yang tidak memahaminya.

Kader yang memahami organisasinya akan sangat mudah mengambil inisiatif untuk bergerak hatta tidak digerakkan sekali pun; Akan mudah mengambil sikap yang baik di tengah dinamika organisasi yang sedang berjalan. Karena apa? Karena mereka tahu tujuan. Mereka paham arah organisasinya.

Sedangkan kader yang tidak memahami organisasinya hanya bisa duduk, diam, menunggu bahkan mungkin bisa jadi turun dari gerbong karena bosan menunggu kejelasan. 

Padahal bisa jadi bukan arahan yang mereka butuhkan tapi kecakapannya melihat jadwal tiket yang berada di tangannya. Jam berapa berangkatnya. Di stasiun mana akan berhenti. Berapa lama. Di daerah mana saja mereka harusnya menikmati alam pemandangan. Di kondisi seperti apa saja seharusnya mereka beristirahat menyiapkan tenaga dst. Ilustrasi ini semua yang kita sebut filosofi gerakan KAMMI. Ini yang banyak tidak dipahami dengan baik oleh kader.

Sayangnya, porsi pemahaman tentang filosofi gerakan ini belum banyak diberikan di jenjang AB1, sebagaimana saya sampaikan di tulisan pertama. Di jenjang selanjutnyalah yaitu AB2 porsi ini baru diberikan secara utuh. Ini juga yang menjadi alasan kenapa calon pengurus inti Komisariat, Kamda dst minimal (harus) berstatus AB2.

Kenapa seperti itu? Karena kita memandang bahwa jenjang AB1 itu cukup "menyempurnakan jati dirinya" sedang AB2 itu yang kita asumsikan harusnya selesai dengan jati dirinya dapat naik kelas menjadi penggerak. Termasuk pemikir. Bahkan dalam pedoman pengaderan disebut "guru untuk gerakan".

Sampai di sini semoga antum/na yang masih ragu dengan KAMMI bisa segera terobati dengan ikut DM2. KAMMI menanti antum/na segera naik kelas dan menjadi pemikir-pemikir dan penggerak-penggerak baru untuk kemajuan Indonesia!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan dala

Kompetisi Telah Usai, Ayo Balik ke Barak!

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai dilaksanakan. Kita sisa menunggu hasil keputusan resmi dari penyelenggara pemilu (KPU). Apapun hasilnya semoga itu yang terbaik. Sedikitnya dua tiga bulan lamanya kita mengikuti dinamika politik tanah air ini. Mulai dari menjagokan kandidat tertentu hingga sesekali ikut membicarakan kekurangan kandidat lainnya. Tidak ada yang salah di situ. Semuanya adalah bagian dari proses kita berdemokrasi. Atau ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Hari ini kita sudah bisa menebak siapa pemenang dari kompetisi pemilu kali ini. Mungkin dukungan kita menang, mungkin juga kalah. Kalau menang tidak perlu membusungkan dada, demikian juga kalau kalah tidak perlu seolah dunia ini runtuh dan akan hancur. Mudah-mudahan bangsa kita selalu dijaga oleh Allah swt. Hanya saja kalau saya boleh berbagi pandangan dan nasihat, saya ingin mengatakan tugas kita sebenarnya bukanlah menjadi pemilih dan pendukung semata. Tugas utama kita justru adalah menjadi pengawas bagi

Agar Bahagia Ber-KAMMI!

Persis tadi malam saya ngobrol dengan salah seorang kader KAMMI yang masih aktif. Soal kiprahnya saya tidak perlu ragukan. Paling tidak itu ditunjukkan dari keaktifan dan kontribusi positifnya selama ini. "Bagaimana pekerjaan di kantor," tanyaku kepada kader itu. Kader ini baru saja diterima bekerja. Memang masih fresh graduate. Masih seger. "Kata direkturnya: Alhamdulillah selama adek masuk bekerja di kantor ini kami merasa sangat terbantu. Hanya saja mungkin untuk bulan selanjutnya kami sudah tidak bisa memberikan insentif," jawab kader itu kepadaku. Kader itu menceritakan tentang dinamika kerjanya di kantor yang baru saja ia bekerja di sana. Ia menceritakan pesan-pesan direkturnya yang juga seorang mantan aktivis mahasiswa seperti dirinya. "Dunia kerja ini beda dengan dunia organisasi dek. Beda sekali. Dalam dunia kerja yang paling dibutuhkan adalah kemampuan adaptasi dan kemampuan belajar dengan cepat," kata direktur kader itu. "Banyak