NARASI.ORG – Manusia dalam proses hidup dan menjalani kehidupan tak satupun yang luput dari dosa. Andaikan dosa itu seketika Allah tampakkan dalam bentuk "bau" maka tak satu orang pun yang mendekat kepada kita, karena terlalu banyak dosa yang telah kita lakukan kepada Allah. Akan tetapi semua itu tidak dilakukan oleh Allah karena ingin menguji siapakah di antara kita yang paling baik amalannya.
Di antara bukti cinta Allah kepada para hambanya adalah dengan mendatangkan peluang pelebur dosa bagi mereka yang ingin kembali kepada-Nya. Salah satunya adalah momentum ramadan yang Allah hadirkan sekali dalam setahun sebagai pelebur dosa bagi kita hamba berlumur dosa. Ramadan dengan segala keutamaan yang ada di dalamnya hendaknya memicu dan memacu kita untuk bersegera meraup dan mendulang pahala sebanyak-banyaknya.
Nah, hal terpenting yang hendaknya kita perhatikan adalah pemaknaan terhadap kewajiban menjalankan ibadah puasa selama bulan ramadan. Puasa yang Allah wajibkan bagi tiap jiwa yang mukallaf, hendaknya tidak kita maknai sekadar puasa dalam arti menahan lapar, dahaga, dan hubungan seks bagi suami istri. Akan tetapi hendaknya lebih dari pada itu.
Ibadah puasa yang kita lakukan punya keistimewaan tersendiri di sisi Allah. Allah katakan: "Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa dia adalah untukkku dan Aku sendiri yang akan memberikan ganjaran terhadapnya."
Puasa begitu istimewa di mata Allah bukan karena ia hanya datang dalam sekali selama setahun, akan tetapi ia diistimewakan karena melalui ibadah puasa ini Allah bisa melihat sejauh mana keikhlasan kita menjalankan perintah-Nya. Bukankah puasa itu hanya kita dan Allah yang mengetahui? Nah, untuk itulah hendaknya kembali kita memaknai puasa ini tidak saja pada apa yang telah kita sebutkan di atas, akan tetapi lebih dari pada itu.
Ramadan sebagai bulan pendidikan sepatutnya mendidik kita semua untuk tidak saja memuasakan perut dan kerongkongan kita, tetapi semua unsur yang ada dalam diri kita. Telinga kita puasakan untuk tidak mendengar hal-hal yang negatif, mata untuk tidak melihat hal yang haram, pikiran dan yang lebih utama adalah lisan kita yang kebanyakan manusia terjerat pada dosa mahluk tak bertulang itu (lidah).
Nabi Saw. bersabda: "Siapa yang menjamin bagiku apa yang di antara kedua janggutnya (lidah), dan apa yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan), Aku camin surga baginya."
Terakhir kita ingin katakan, ibadah puasa yang kita lakukan hanya Allah tahu hakikatnya. Olehnya itu patut memberi pelajaran kepada kita bahwa setiap aktivitas dan rutinitas yang kita lakukan hendaknya melibatkan dan mengikutsertakan Allah di dalamnya, serta tidak saja kita memuasakan lapar dan dahaga, tetapi memuasakan semua unsur yang ada dalam diri kita.
Makassar, 11 Mei 2019 M/ 6 Ramadan 1440 H
Komentar
Posting Komentar