Langsung ke konten utama

Maknai Puasamu!!!


NARASI.ORG – Manusia dalam proses hidup dan menjalani kehidupan tak satupun yang luput dari dosa. Andaikan dosa itu seketika Allah tampakkan dalam bentuk "bau" maka tak satu orang pun yang mendekat kepada kita, karena terlalu banyak dosa yang telah kita lakukan kepada Allah. Akan tetapi semua itu tidak dilakukan oleh Allah karena ingin menguji siapakah di antara kita yang paling baik amalannya.

Di antara bukti cinta Allah kepada para hambanya adalah dengan mendatangkan peluang pelebur dosa bagi mereka yang ingin kembali kepada-Nya. Salah satunya adalah momentum ramadan yang Allah hadirkan sekali dalam setahun sebagai pelebur dosa bagi kita hamba berlumur dosa. Ramadan dengan segala keutamaan yang ada di dalamnya hendaknya memicu dan memacu kita untuk bersegera meraup dan mendulang pahala sebanyak-banyaknya.

Nah, hal terpenting yang hendaknya kita perhatikan adalah pemaknaan terhadap kewajiban menjalankan ibadah puasa selama bulan ramadan. Puasa yang Allah wajibkan bagi tiap jiwa yang mukallaf, hendaknya tidak kita maknai sekadar puasa dalam arti menahan lapar, dahaga, dan hubungan seks bagi suami istri. Akan tetapi hendaknya lebih dari pada itu.

Ibadah puasa yang kita lakukan punya keistimewaan tersendiri di sisi Allah. Allah katakan: "Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa dia adalah untukkku dan Aku sendiri yang akan memberikan ganjaran terhadapnya."
Puasa begitu istimewa di mata Allah bukan karena ia hanya datang dalam sekali selama setahun, akan tetapi ia diistimewakan karena melalui ibadah puasa ini Allah bisa melihat sejauh mana keikhlasan kita menjalankan perintah-Nya. Bukankah puasa itu hanya kita dan Allah yang mengetahui? Nah, untuk itulah hendaknya kembali kita memaknai puasa ini tidak saja pada apa yang telah kita sebutkan di atas, akan tetapi lebih dari pada itu.

Ramadan sebagai bulan pendidikan sepatutnya mendidik kita semua untuk tidak saja memuasakan perut dan kerongkongan kita, tetapi semua unsur yang ada dalam diri kita. Telinga kita puasakan untuk tidak mendengar hal-hal yang negatif, mata untuk tidak melihat hal yang haram, pikiran dan yang lebih utama adalah lisan kita yang kebanyakan manusia terjerat pada dosa mahluk tak bertulang itu (lidah).
Nabi Saw. bersabda: "Siapa yang menjamin bagiku apa yang di antara kedua janggutnya (lidah), dan apa yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan), Aku camin surga baginya."

Terakhir kita ingin katakan, ibadah puasa yang kita lakukan hanya Allah tahu hakikatnya. Olehnya itu patut memberi pelajaran kepada kita bahwa setiap aktivitas dan rutinitas yang  kita lakukan hendaknya melibatkan dan mengikutsertakan Allah di dalamnya, serta tidak saja kita memuasakan lapar dan dahaga, tetapi memuasakan semua unsur yang ada dalam diri kita.

Makassar, 11 Mei 2019 M/ 6 Ramadan 1440 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan dala

Kompetisi Telah Usai, Ayo Balik ke Barak!

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai dilaksanakan. Kita sisa menunggu hasil keputusan resmi dari penyelenggara pemilu (KPU). Apapun hasilnya semoga itu yang terbaik. Sedikitnya dua tiga bulan lamanya kita mengikuti dinamika politik tanah air ini. Mulai dari menjagokan kandidat tertentu hingga sesekali ikut membicarakan kekurangan kandidat lainnya. Tidak ada yang salah di situ. Semuanya adalah bagian dari proses kita berdemokrasi. Atau ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Hari ini kita sudah bisa menebak siapa pemenang dari kompetisi pemilu kali ini. Mungkin dukungan kita menang, mungkin juga kalah. Kalau menang tidak perlu membusungkan dada, demikian juga kalau kalah tidak perlu seolah dunia ini runtuh dan akan hancur. Mudah-mudahan bangsa kita selalu dijaga oleh Allah swt. Hanya saja kalau saya boleh berbagi pandangan dan nasihat, saya ingin mengatakan tugas kita sebenarnya bukanlah menjadi pemilih dan pendukung semata. Tugas utama kita justru adalah menjadi pengawas bagi

Agar Bahagia Ber-KAMMI!

Persis tadi malam saya ngobrol dengan salah seorang kader KAMMI yang masih aktif. Soal kiprahnya saya tidak perlu ragukan. Paling tidak itu ditunjukkan dari keaktifan dan kontribusi positifnya selama ini. "Bagaimana pekerjaan di kantor," tanyaku kepada kader itu. Kader ini baru saja diterima bekerja. Memang masih fresh graduate. Masih seger. "Kata direkturnya: Alhamdulillah selama adek masuk bekerja di kantor ini kami merasa sangat terbantu. Hanya saja mungkin untuk bulan selanjutnya kami sudah tidak bisa memberikan insentif," jawab kader itu kepadaku. Kader itu menceritakan tentang dinamika kerjanya di kantor yang baru saja ia bekerja di sana. Ia menceritakan pesan-pesan direkturnya yang juga seorang mantan aktivis mahasiswa seperti dirinya. "Dunia kerja ini beda dengan dunia organisasi dek. Beda sekali. Dalam dunia kerja yang paling dibutuhkan adalah kemampuan adaptasi dan kemampuan belajar dengan cepat," kata direktur kader itu. "Banyak