Langsung ke konten utama

Postingan

Mudik: Pelajaran untuk Mereka yang Ingin Bahagia!

Percayakah kita bahwa sebenarnya manusia yang hidup di dunia ini dengan semua dinamika kehidupan yang dijalaninya hanya menginginkan kebahagiaan. Tua-muda, laki-perempuan, orang desa-orang kota, pejabat-rakyat, kaya-miskin, semuanya menginginkan satu hal yang sama: bahagia. Tidak lebih tidak kurang. Untuk itu, tulisan ini saya persembahkan kepada mereka yang serius menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kita akan sama-sama belajar bagaimana berbahagia bercermin dari peristiwa mudik. Mudik adalah di antara pelajaran hidup yang tak akan habis dihikmati oleh orang-orang yang ingin mengambil pelajaran. Di antara hikmah yang mungkin paling sering kita dengarkan adalah soal bagaimana menyiapkan bekal hidup menghadapi kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk itu, tulisan ini tidak akan mengulangi bahasan yang sama. Tulisan ini akan coba memotret mudik dari sudut pandang kebahagiaan. Bagaimana mudik menjadi  sebuah pelajaran untuk kita yang selalu mengupayakan kebahagiaan dala
Postingan terbaru

Agar Bahagia Ber-KAMMI!

Persis tadi malam saya ngobrol dengan salah seorang kader KAMMI yang masih aktif. Soal kiprahnya saya tidak perlu ragukan. Paling tidak itu ditunjukkan dari keaktifan dan kontribusi positifnya selama ini. "Bagaimana pekerjaan di kantor," tanyaku kepada kader itu. Kader ini baru saja diterima bekerja. Memang masih fresh graduate. Masih seger. "Kata direkturnya: Alhamdulillah selama adek masuk bekerja di kantor ini kami merasa sangat terbantu. Hanya saja mungkin untuk bulan selanjutnya kami sudah tidak bisa memberikan insentif," jawab kader itu kepadaku. Kader itu menceritakan tentang dinamika kerjanya di kantor yang baru saja ia bekerja di sana. Ia menceritakan pesan-pesan direkturnya yang juga seorang mantan aktivis mahasiswa seperti dirinya. "Dunia kerja ini beda dengan dunia organisasi dek. Beda sekali. Dalam dunia kerja yang paling dibutuhkan adalah kemampuan adaptasi dan kemampuan belajar dengan cepat," kata direktur kader itu. "Banyak

Kompetisi Telah Usai, Ayo Balik ke Barak!

Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai dilaksanakan. Kita sisa menunggu hasil keputusan resmi dari penyelenggara pemilu (KPU). Apapun hasilnya semoga itu yang terbaik. Sedikitnya dua tiga bulan lamanya kita mengikuti dinamika politik tanah air ini. Mulai dari menjagokan kandidat tertentu hingga sesekali ikut membicarakan kekurangan kandidat lainnya. Tidak ada yang salah di situ. Semuanya adalah bagian dari proses kita berdemokrasi. Atau ikut memeriahkan pesta rakyat ini. Hari ini kita sudah bisa menebak siapa pemenang dari kompetisi pemilu kali ini. Mungkin dukungan kita menang, mungkin juga kalah. Kalau menang tidak perlu membusungkan dada, demikian juga kalau kalah tidak perlu seolah dunia ini runtuh dan akan hancur. Mudah-mudahan bangsa kita selalu dijaga oleh Allah swt. Hanya saja kalau saya boleh berbagi pandangan dan nasihat, saya ingin mengatakan tugas kita sebenarnya bukanlah menjadi pemilih dan pendukung semata. Tugas utama kita justru adalah menjadi pengawas bagi

Mengokohkan Kontribusi! (3 Alasan Kenapa Harus DM2 - Part 3)

Tiga tangga (tahapan) seseorang untuk berkontribusi. Satu, mengenal diri. Dua, mengenal lingkungan. Tiga, baru berkontribusi. Dan ini alasan ketiga kenapa kita harus naik jenjang menjadi AB2. Alasan kedua, sebelumnya, sudah saya jelaskan bahwa jenjang AB1 itu menuntut adanya "kesempurnaan jati diri", AB2 menuntut kesediaan menjadi guru bagi gerakan. Alasan ketiga ini saya ingin tekankan soal pengokohan kontribusi. Jika AB1 itu telah selesai mengenal dirinya: visi misinya, prinsip hidupnya, karakternya, potensinya, kekuatan dan kelemahannya. Maka, selanjutnya ia perlu mengenal dengan baik lingkungannya untuk kemudian dapat berkontribusi dengan baik. Lingkungan yang dimaksud termasuk mengenali kendaraan (organisasi) yang mereka gunakan beramal dan berkontribusi dengan baik. Jadi, kalau antum/na sering menanyakan bagaimana mengokohkan kontribusi kita untuk Indonesia atau untuk KAMMI maka, salah satunya adalah kita perlu mengenal lebih dalam dan lebih baik lagi kendar

Mengobati Kebingungan! (3 Alasan Kenapa Harus DM2 - Part 2)

Alasan pertama sudah saya sampaikan di tulisan yang lalu. Ini alasan yang kedua. Obat atas "penyakit kebingungan" tidak lain adalah ilmu. Ilmu itu memberikan arah dan kejelasan tujuan sehingga yang kita sebut "penyakit kebingungan" itu terobati dengan sendirinya setelah ilmu dimiliki. Dalam literatur klasik Islam, dunia ini salah satunya digambarkan sebagai tempat persinggahan. Tempat kita mencari dan mengumpulkan bekal sebanyak dan sebaik mungkin. Manusia yang tidak paham tujuan dan arah hidupnya dapat dipastikan kebingungan menjalani hidup karena untuk memilih pekerjaan apa yang seharusnya dilakukan pun mereka tidak tahu.  Berbeda dengan manusia yang punya tujuan dan arah hidup, mereka dapat menentukan dengan mudah skala prioritas berdasarkan kebutuhannya. Karena satu hal, mereka punya ilmu. Mereka tahu arah yang hendak ia ditempuh. Organisasi (KAMMI) sebagai kendaraan beramal shalih dunia akhirat juga demikian. Kader yang memahami tujuan dan arah perj

Mengenal KAMMI Lebih Dalam! (3 Alasan Kenapa Harus DM2 - Part 1)

Kenapa mesti ikut DM2? Atau kenapa mesti naik jenjang menjadi AB2? Mungkin itu pertanyaan antum ketika diarahkan daftar (ikut) DM2. Ada banyak alasannya, baik secara personal maupun keorganisasian. Tapi, saya cuma ingin beri 3 alasan saja. Dan kali ini, saya sampaikan alasan pertama. Kita flashback dulu ya. Dulu sewaktu ajakan gabung KAMMI itu datang kepada antum yang pertama kali terlintas dalam pikiran adalah apa itu KAMMI? Organisasi sejenis apa itu KAMMI? Apa bedanya dengan HMI, IMM, PMII dan sejenisnya? Kenapa KAMMI begitu dielu-elukan sebagai anak kandung reformasi? Kenapa KAMMI menjadi harapan umat di tengah kemelutnya masalah-masalah keummatan dan kebangsaan? Mungkin itulah sederet pertanyaan dibenak antum kala itu, 6 bulan, 10 bulan, 1 tahun atau bahkan 2 tahun lalu. Lalu, oleh teman yang mengajak hanya mengatakan, "gabung dulu baru kenal" atau "kenali KAMMI dari KAMMI jangan dari katanya". Akhirnya antum gabunglah KAMMI. Tapi setelah antum berp

PANCASILA: SEBUAH REFLEKSI UNTUK BELAJAR BERSATU

Ketika kita terdera tragedi, kemiskinan, kelaparan, dan penindasan, kita selalu menyoal dua hal : konspirasi musuh dan lemahnya solidaritas atau persatuan kita. Kaki tangan musuh seakan merambah setiap masalah yang menimpa kita. Dan kita seolah tak sanggup membendung itu karena persatuan kita lemah. Dalam momentum 1 Juni ini, mari sejenak kita menyoal persatuan kita dari sisi lain. Tentu banyak faktor yang dapat mempersatukan kita: keyakinan, sejarah, bangsa dan bahasa. Tapi semua faktor ini tidak berfungsi efektif menyatukan kita. Sementara itu, ada banyak faktor yang mengoyak persatuan kita. Misalnya, kebodohan, fanatik kelompok, ambisi, dan konspirasi dari pihak luar. Mungkin itu yang sering kita dengar setiap kali menyoroti soal persatuan. Tapi di sisi lain, sebenarnya yang mempersatukan kita adalah "suasana jiwa" yang sama. Mungkin ini kelihatannya remeh temeh tapi, demikianlah bahwa persatuan itu adalah refleksi dari suasana jiwa kita. Ia bukan sekadar soal