Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Pemuda Hijrah Tonggak Perubahan

Secara harfiah hijrah adalah berpindah dari satu ke tempat ke tempat yang lain. Namun, secara maknawi tentu berarti juga berpindah dari satu kondisi (buruk) ke kondisi yang lain (baik). Atau juga bermakna perubahan sikap ke arah yang lebih baik. Fenomena hijrah telah merebak di negeri ini beberapa tahun belakangan. Sebagian komunitas bahkan menamakan dirinya dengan label 'hijrah'. Segmentasi yang dituju 'dakwah hijrah' ini biasanya adalah anak-anak muda. Tentunya bukan tanpa alasan memilih anak muda sebagai sasaran dakwah. Anak muda dikenal dengan fase bertumbuh. Fase pencarian jati diri. Mereka senang berekspresi dan mengeksplor hal baru. Dan karena itulah anak muda kerap kali terjatuh dalam kubangan maksiat. Pergaulan bebas, narkoba, miras, dan lain-lainnya adalah sederet 'dosa' anak muda yang jika hal tersebut tidak ditangani dengan baik akan berdampak buruk bagi mereka dan bagi kita semua secara komunal. Rusaknya anak muda adalah kehancuran bangs

Visi Kebesaran Pemuda

Sayyid Qutb rahimahullah pernah berkata, "Seseorang yang mati dalam keadaan hanya memikirkan dirinya sendiri maka dia mati dalam keadaan kerdil. Sebaliknya, orang yang besar adalah orang yang mati memikirkan masalah umatnya." Isyarat kebesaran itu harus disambut hangat oleh pemuda. Sudah saatnya pemuda memikirkan hal-hal besar. Pemuda tidak boleh lagi dibuat galau oleh hal remeh temeh. Anak muda yang dibuat gundah oleh soal kecil dan remeh temeh itu tidaklah menjadikannya orang besar. PR kita adalah mulai belajar memikirkan perkara besar, tentang umat dan bangsa ini. Salahuddin Al-Ayyubi memikirkan bagaimana membebaskan Palestina. Muhammad Al-Fatih memikirkan bagaimana menembus dan menaklukan Konstantinopel. Soekarno memikirkan bagaimana membebaskan Indonesia dari penjajahan. Mereka semua dicatat oleh sejarah dengan tinta emas bahwa mereka adalah orang besar. Karena apa? Karena hidupnya mereka wakafkan untuk orang banyak, hidupnya berkah karena memberi manfaat ter

Anak Muda Palsu?

Opini ini saya tuliskan dalam laman media sosial pribadi ketika selesai menonton film "Anak Muda Palsu" yang diperankan oleh influencer anak muda Kota Makassar Tuming-Abu. Selamat membaca! Industri perfilman adalah salah satu yang perkembangannya sangat pesat, khususnya di era industri 4.0 sekarang ini. Di samping itu, ketika kita bicara soal kebangkitan bangsa tak pernah lepas dari motivasi yang diproduksi oleh bangsa itu sendiri. Banyak hal yang dapat membangkitkan semangat kontribusi tersebut, salah satunya lewat film.  Melalui film, kita dapat menyampaikan pesan persuasif bahwa kita menginginkan kebangkitan. Lihat, anak kecil saat ini lebih mengenal artis dan atau tokoh fiksi seperti Spiderman, Ironman, dll.  Tidak sedikit di antara mereka ketika ditanyai tentang cita-cita mau menjadi seperti tokoh fiksi tersebut. Mau jadi Spiderman. Mau jadi Ironman. Kenapa? Karena tokoh fiksi itu berhasil menawarkan sesuatu. Sekarang, bagaimana jika hal tersebut mampu kita

Model Manusia Muslim Abad XXI | Resume Buku

RESUME BUKU “MODEL MANUSIA MUSLIM ABAD 21” BAB I MODEL MANUSIA MUSLIM : PESONA ABAD KE- 21 A. LANDASAN SYAR’I Dalam surat Al-Ashr ayat 1-3, Allah berfirman, ”Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran.” Surat Al-Ashr menunjukkan Allah bersumpah dengan waktu. Ini bermaksud bahwa waktu memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia.        Setiap manusia diberikan oleh Allah tiga jenis waktu, yaitu : 1. Waktu pribadi : waktu ini dimulai ketika hidup hingga meninggal. 2. Waktu sosial : usia setiap masyarakat. Contoh masyarakat firaun. 3. Waktu sejarah : waktu yang dimulai sejak Allah menciptakan bumi serta isinya dan akan diakhiri dengan peristiwa penghancuran. Empat fasilitas yang diberikan Allah kepada manusia dalam kehidupan ini : 1. Waktu sebagai kesempatan hidup. 2. Bumi sebagai tempat tinggal. 3. Tubuh m

Jangan Salah Gaul!

Kata Nabi saw, jika kamu berteman dengan penjual parfum maka paling tidak kamu akan mendapatkan aroma wanginya; Tapi jika kamu berteman dengan pandai besi kamu akan kecipratan hawa panasnya. Dari diskusi semalam saya belajar dan mulai mengerti bahwa dunia kita saat ini memang telah benar-benar berubah. Revolusi industri keempat telah mengubah wajah dunia kita. Memang ada kritikan di sana sini terhadap realitas yang kita hadapi ini, tapi bahwa ia membawa kebaikan juga tidak boleh kita nafikan. Dulu, orang tua kita ketika ingin sekolah harus jalan kaki sekian kilometer. Sumber pembelajaran pun sangat terbatas. Sekarang, sekolah itu ada dalam genggaman kita semua. Kita dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Satu lagi, dulu orang tua kita ketika ingin bekerja harus bersusah payah antar lamaran kerja kesana kemari. Itupun kalau diterima. Sumber informasi lowongan pekerjaan pun terbatas. Sekarang, semuanya sudah bisa dikerjakan sambil rebahan. Platform lowongan kerja tersebar

Meneladani Ibrahim muda

Bulan Zulhijjah ini adalah bulannya Bapak para Nabi, Ibrahim as. Dari cerita beliau kita semua mendapat pelajaran berharga. Salah satu keteladanan Ibrahim yang patut kita contoh sebagai Pemuda adalah keberaniannya menyuarakan perubahan kepada masyarakat dari penyembahan kepada materi menuju penyembahan kepada Allah swt. Perhatikan apa kata Allah menceritakan kisah Ibrahim As. (Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? (Qs. Maryam: 42) Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Qs. Maryam: 43) Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. (Qs. Maryam: 44) Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga

Pemuda Produktif

Rumus kehidupan yang mesti selalu anda ingat adalah life is a choice, hidup adalah pilihan. Karena hidup adalah pilihan maka anda tidak dapat memilih dua pilihan sekaligus. Contohnya, anda ingin ke Jakarta. Alternatif pilihan transportasinya ada dua, Pesawat dan Kapal laut. Jika anda memilih menggunakan pesawat maka, anda memilih untuk tidak menggunakan kapal laut. Begitu pun sebaliknya. Contoh lain, anda ingin pintar. Pilihannya ada dua misalnya, membaca buku dan nonton YouTube. Jika anda memilih membaca buku itu artinya anda memilih untuk tidak menonton YouTube. Begitu juga sebaliknya. Apakah keduanya dapat digunakan? Bisa saja tetapi anda tetap harus memilih, karena anda tidak mungkin melakukannya secara bersamaan sekaligus. Apa yang mau saya katakan? Seorang pemuda jika tidak disibukkan dengan kebaikan dan aktivitas produktif ia tentu akan disibukkan dengan keburukan atau sesuatu yang kurang manfaat. Hidup ini pilihan, kawan. Mungkin anda bisa memilih bersantai ria saat

Jihad masa kini

Jihad identik dengan perlawanan secara konfrontatif. Padahal jihad tidak sesempit itu. Definisi di atas tidak salah. Tapi, bukan itu satu-satunya makna jihad.  Bahkan, kata Nabi salah satu musuh terbesar adalah hawa nafsu. Dan kita butuh berjuang untuk menundukkannya. Itu juga jihad. Lalu, apa jihad masa kini? Salah satunya adalah menuntut ilmu. Kenapa menuntut ilmu merupakan jihad?  Bukankah aktivitas ilmu melelahkan? Bukankah kegiatan ilmu melawan rasa malas? Bukankah program ilmu menggugat kenyamanan? Bukankah rutinitas ilmu membutuhkan kesabaran? Buta huruf itu musuh. Kebodohan itu musuh. Fanatik buta itu musuh. Dan inilah yang diperangi ilmu. Dengan ilmu menjadi terang mana A dan mana B. Dengan ilmu kebodohan sirna. Dan dengan ilmu fanatisme punya dasar. Tidak salah nasehat lama berkata, jika ingin dunia ilmuilah, jika ingin akhirat ilmuilah, dan jika ingin keduanya ilmuilah. "Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa se

Bergerak Maju!

Semua manusia ingin sukses. Tapi tidak semua manusia mau melakukan sesuatu untuk kesuksesan tersebut. Mau sehat tapi tidak mau jaga pola makan; Mau bugar tapi tidak mau olahraga; Mau pintar tapi tidak mau belajar; Mau kaya tapi tidak mau kerja keras. Satu prinsip hidup dari Nabi untuk kita yang ingin sukses. Kata beliau, pastikan setiap harinya kamu lebih baik. Hari ini lebih baik dari hari kemarin. Dan hari esok lebih baik dari hari ini. Jadi Nabi mengajarkan kepada kita makna pertumbuhan dan perkembangan. Bahwa apa yang ada di tangan kita hari ini harus lebih baik kualitas dan bahkan kuantitasnya esok hari. Ini kurang lebih sama apa yang dikatakan oleh Bung Hatta, Jika memang cinta kejarlah. Jika tidak bisa berlari, berjalanlah. Jika tidak bisa juga, berjalanlah di tempat. Setidaknya kau tidak diam. Inilah makna progresivitas. Setiap hari lebih baik. Setiap hari bergerak maju. []

Kok dia lagi?

"Dunia ini penuh dengan orang-orang baik. Jika kamu tidak menemukannya maka jadilah salah satunya." Nasihat di atas sangat baik untuk siapa pun yang selalu merasa butuh orang-orang baik itu muncul ke permukaan. Mana nih orang-orang hebat kita? Kita kadang kala selalu menggerutu bahwa di komunitas kita tidak ada orang baik. Tidak ada orang pintar. Tidak ada orang berani, dst; Semua sama saja, tidak bisa melakukan apa-apa, katamu. Namun, kita selalu lupa untuk menjadi orang yang kita cari. Kita sibuk mencari dan lupa menjadi. Kita sibuk mencari dan lupa memantaskan. Kita sibuk mencari dan lupa mengupayakan. Kenapa kita tidak berpikir untuk ambil bagian? Kenapa harus mencari orang lain? Kenapa harus orang lain? Kenapa bukan kita? Mencari sosok terbaik boleh. Tetapi memantaskan diri dan mengupayakan yang terbaik adalah hal yang juga harus ada dalam kesadaran kita. Ujung-ujungnya kita hanya menjadi pengeritik tanpa upaya memberikan solusi. Bahkan, yang lebih parah kita

Lakukanlah jika butuh motivasi!

Jika kamu butuh motivasi tidak perlu googling qoute motivasi. Cukup scroll dan lihat satu per satu info profil WhatsApp temanmu. Silahkan dicoba. Hampir semua kontak WhatsApp menulis di kolom info tersebut dengan mutiara hikmah. Hanya sedikit yang menyisakan, Hai saya menggunakan WhatsApp. Beberapa hari kemarin secara tidak sengaja saya menelusuri kontak yang tersimpan di WhatsApp. Dan saya menemukan sesuatu yang sangat berharga: mutiara hikmah dari seorang teman. Betul-betul mutiara yang berharga. Sebagian besar mereka menulis di kolom info profilnya dengan nasehat terbaik. Atau paling tidak itu yang saat ini menggelayuti jiwanya. Saya membayangkan kalau saja saya meminta darinya nasehat mungkin kalimat yang tertulis di info profilnya itu yang dia nasehatkan. Hidup hanya sekali, bermanfaatlah; Bukan siapa-siapa; Hidup mulia atau mati syahid; Sesungguhnya Allah melihatmu; Fokus pada satu tujuan; Anak muda untuk rakyat & bangsa; Terima-Jalani-Syukuri; Fastabiqul Khaerat.

Lupa itu Nikmat, Tapi...

Kemarin saya membuka-buka kembali buku catatan waktu masih aktif ikut pengajian di kampus dan masjid sekitar kampus. Saya menemukan sebait nasehat di sana: lupa itu nikmat. Ya, saya menulis di buku itu dengan jelas lengkap dengan nama penuturnya bahwa lupa adalah nikmat. Saya mencoba mengingat kembali apa maksud dari perkataan tersebut. Dan akhirnya saya mendapati bahwa lupa itu bagian dari sisi kemanusiaan kita yang tidak boleh ditepikan. Dan karena itu dia adalah nikmat. Bayangkan, apa jadinya jika semua hal selalu kita ingat, maksudnya tidak seditik pun terlupakan. Mungkin tidak ada lagi waktu istirahat tersisa untuk kita asbab ingatan tersebut. Bahkan untuk sebagian hal memang kita dianjurkan untuk melupakannya. Misalnya, mantan; Utang yang sudah lunas; Kenangan pahit masa lalu dsb. Bersyukurnya Allah titipkan pada kita nikmat bernama lupa. Andai hal-hal buruk dalam hidup yang pernah kita alami selalu terbayang dalam ingatan, bisa jadi setiap hari kita hanya melihat ora

Memberi tanda Kekayaan!

Jika hatimu merasa bahagia saat memberi daripada menerima, ketauhilah sesungguhnya kamu itu sangat kaya. Artinya saat kita memberi, secara tidak langsung kita sebenarnya telah mengatakan pada jiwa kita bahwa yang kita miliki hanyalah titipan yang bisa jadi sebagiannya ada hak orang lain di sana. Pemaknaan terhadap apa yang kita miliki saat ini harusnya seperti itu; Bahwa yang kita punya bukanlah yang kita simpan rapi dengan sangat rahasia melainkan yang dibagi ke orang lain. Ini berlaku tidak saja pada harta benda. Tapi juga pada harta lainnya berupa ilmu, pengalaman atau sekadar cerita inspiratif yang kita dapat dari orang lain. Mungkin kita belum berduit, tapi kita semua pasti punya pengalaman hidup. Bagilah itu. Bisa jadi ada yang butuh motivasi atau inspirasi untuk bangkit dari kekecewaannya. Atau mungkin kegagalannya. Akan ada saja orang-orang yang hidupnya related dengan apa yang kita bicarakan. Jadi, bicalah. Berbagilah.  Jangan menunggu kaya untuk berbagi. Tapi berb

Hidup ini mudah, yang susah adalah bersyukur!

Ada rumus singkat dalam hidup agar kita selalu berada pada kondisi yang baik yaitu selalu melihat ke bawah. Maksudnya, melihat orang yang kondisinya berada di bawah kita. Tujuannya agar kita selalu bersyukur dengan apa yang ada. Hidup ini sebenarnya sederhana dan mudah. Yang ribet itu melihat kenikmatan orang lain dan menjadikannya standar sukses hidup kita. Ini yang berat. Pejalan kaki bilang, enak ya punya motor bisa sampai tujuan dengan cepat; Yang punya motor bilang, enak ya punya mobil kemana-mana tidak kepanasan; Yang punya mobil bilang, enak ya punya pesawat pribadi bla bla bla.  Kita lupa bahwa mereka yang lumpuh, tidak bisa berjalan sangat menginginkan kondisi dapat berjalan dan berlari santai layaknya orang pertama tadi. Ini yang sering kita lupakan sehingga juga lupa bersyukur. Mereka yang baru mulai masuk dunia kerja berkata, enak ya jadi manager suruh sana suruh sini; Manager berkata, enak ya jadi bos/ owner sisa nunggu profit; Owner berkata, enak ya punya bany

Kata kata itu Senjata!

Saya belajar jurnalistik akhir tahun 2018 atau awal 2019. Saya kurang ingat pastinya.  Motivasi awal saya belajar jurnalistik sebenarnya hanya ingin mencari pengakuan, masa iya anak komunikasi penyiaran tidak bisa nulis berita, begitu yang ada di benak waktu itu. Dan alhamdulillah, mampu menulis berita.  3 bulan kurang lebih lamanya saya jadi citizen di salah satu media online terbesar di Makassar bahkan Indonesia. Setiap hari menulis berita. Dan sempat mendapatkan penghargaan. Penghargaannya bukan apa-apa. Yang penting prestasinya. Setelah itu, ditawari jadi reporter oleh salah seorang teman. Singkatnya, saya terima dan diberi tanda pengenal. Walaupun hanya aktif beberapa bulan. Kemudian, karena tugas akhir kampus jadi sempat off. Dan barulah beberapa bulan belakang ditawari oleh teman berbeda mengelolah medianya sebagai redaktur. Walaupun medianya kecil yang penting jabatannya keren, iyakan? Perjalanan saya belajar jurnalistik praktis baru sekitar 3-4 tahunan. Masih belum

Berletih-letihlah, Sedikit saja!

Kita sering sekali mendengar bahkan mungkin menghafalnya di luar kepala bahwa hidup adalah pilihan. Namun, mungkin juga kita hanya memaknai kalimat ini sebatas bahwa pilihan dalam hidup kita adalah kebebasan kita dalam menentukannya. Yang sering kali kita lupakan adalah pilihan tersebut punya resiko untuk masa yang akan datang, baik atau buruk. Kita sekarang adalah hasil dari pilihan kita beberapa tahun lalu. Dan kita di masa depan akan ditentukan dengan pilihan kita hari ini. Coba sebutkan satu orang yang menurutmu sukses dalam hidupnya. Mereka adalah hasil dari pilihannya yang berani di masa lalu. Silahkan cek riwayat hidupnya. Hampir semua yang sukses adalah atas pilihannya berletih-letih di masa lalunya sebelum hari ini mereka menikmati keberhasilannya. Jangan pernah percaya bahwa ada konsep hidup yang masa mudanya foya-foya, masa tua kaya raya dan setelah mati masuk surga. Bermimpi boleh. Ngelantur jangan. Sejak dulu kita diajarkan hidup itu ada sebab akibatnya. Kalau

Teman Sholeh!

Dalam fase tertentu manusia cenderung mencari teman sebanyak mungkin. Fasenya salah satunya adalah di usia muda. Anggapan bahwa banyak teman banyak rejeki mungkin jadi salah satu alasannya. Dan saya di antara yang masih percaya anggapan tersebut. Anggapan ini tentu diaminkan terutama oleh mereka yang dalam kesehariannya masih nomaden, berpindah-pindah. Heheh Kadang tempat nginapnya beda dengan tempat sarapan paginya begitupun tempat makan siangnya. Dalam pertemanan, kadang kala yang kita anggap rejeki hanya yang sifatnya bendawi seperti makan, minum, traktiran, tumpangan tempat istirahat atau paling jauh mungkin diajak jalan-jalan ke kampung halaman teman. Padahal ada yang jauh lebih besar dari hal-hal ini karena sifatnya juga jangka panjang yaitu rejeki teman sholeh. Teman sholeh itu bukan teman yang bernama sholeh tapi teman yang selalu mengingatkan kita akan hakikat kehidupan ini. Teman sholeh itu mereka yang tak segan menasehati kala iman kita tampak melemah. Teman yang